Pada Uprak MIPA yang bertemakan pemanfaatan limbah padat, kelompok kami berniat untuk memanfaatoan singkong sisa Dan biji durian sebagai bahan alternatif pengolahan plastik. Plastic yang kami olah bukan sembarang plastik, melainkan plastik biodegradable atau plastik ramah lingkungan yang mudah diuraikan lingkungan. Ide ini sangat unik dan inovatif, bisa diaplikasikan dalam kehidupan secara komersil. Tidak hanya mengurangi biji durian dan sisa singkong, pengolahan tersebut jga mampu mengurangi maraknya sampah plastik di dunia. Kami memulai penelitian dengan mengekstraksi pati dari singkong dan biji durian. Proses ini tentunya tidak mudah, karena memakan waktu dan tenaga yang sangar banyak. Agar bisa diekstraksi, biji durian dan singkong harus direndam terlebih dahulu selama kurang lebih 24 jam agar pati dapat diekstraksi dengan mudah. Setelah direndam, keduanya diblender hingga halus, kemudian disarung lalu dioven hingga kering dan tersisa bubuknya saja. Selanjutnya adalah proses pembuatan plastiknya. Bubuk singkong dan biji durian dicampurkan dengan berbagai bahan kimia, kemudian melalui proses yang disebut glatinasi. Proses ini tidaklah mudah, karena membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk mengaduk adonan plastik hingga rata agar dapat membentuk plastik yang halus. Setelah proses glatinasi, adonan dicetak dalam loyang dan dipanaskan dalam oven hingga kering. Setelah plastik terbentuk, kita melakukan uji percobaan daya tahan, elongasi, serta biodegradasi plastik untuk mencari tahu kelayakan pakai dan efek dari bahan-bahan yang digunakan. Uji daya tahan dan elongasi kami lakukan di Lab Fisika Dan uji biodegradasi di rumah. Pada akhirnya, dibuktikan bahwa plastik singkonglah yang menjadi alternatif terbaik. Meski melalui banyak kesulitan Dan kekeliruan dalam prosesnya, seperti temperatur yang kurang pas, adonan yang kurang rata, ketebalan plastik yang berbeda, saya turut bangga karena produk kami mampu memberikan manfaat positif terhadap linkungan.

