Dalam perkembangan zaman, teknologi semakin canggih. Perkembangan teknologi ini membuat kecanggihan gadget semakin meningkat tak terkecuali smartphone. Saat ini, handphone telah menjadi kebutuhan utama dan bukan lagi barang mewah seperti zaman dahulu. Semua orang membutuhkan smartphone untuk segala aktivitas misalnya bekerja, transportasi, menambah informasi bahkan untuk sekedar hiburan. Semua masyarakat baik dewasa sampai anak-anak sangat membutuhkan smartphone. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 278,69 juta jiwa pada pertengahan 2023. Pengguna ini tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Berdasarkan data BPS , jumlah pengguna gadget untuk anak usia dini di Indonesia sebanyak 33,44%, dengan rincian 25,5% pengguna anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% anak berusia 5-6 tahun.
Banyaknya penggunaan smartphone pada anak-anak ini bisa menjadi masalah yang mengkhawatirkan mengingat banyaknya dampak negatif dari smartphone tersebut. Oleh karena itu, perlu larangan untuk penggunaan smartphone pada anak-anak.
Pertama, anak-anak dibawah umur mudah meniru apa yang dilihat. Pada usia bayi, anak-anak mulai meniru apa yang ada disekitar seperti tindakan dan perkataan orang-orang yang mereka lihat seperti keluarga. Jika anak-anak melihat konten di smartphone, anak-anak juga akan mencontoh konten tersebut. Masa anak-anak adalah masa dimana mereka dapat merekam memori yang sangat tajam. Semua yang mereka lihat dan mereka dengar akan mereka lakukan dan akan diingat. Mereka menganggap bahwa semua yang mereka lihat adalah baik. Sehingga jika yang mereka lihat adalah hal yang positif, anak-anak juga akan meniru hal positif tersebut begitu juga dengan hal yang negatif.
Dunia internet adalah dunia yang sangat luas. Internet dapat diakses dengan mudah melalui smartphone. Smartphone saat ini sangat mudah untuk dibeli. Anak-anak pun juga memiliki smartphone. Orang tua memberikan anak-anak mereka untuk hiburan yang efektif supaya mereka tidak menangis. Seringkali orang tua tidak memperhatikan apa yang anak-anak tonton di smartphone karena beberapa alasan seperti kesibukan. Anak-anak pun bebas menonton apa saja termasuk konten-konten negatif seperti perjudian, pornografi, pelecehan, dan pembullyan di internet. Konten-konten negatif ini kemudian ditiru anak-anak karena mereka menganggap hal itu adalah biasa.
Smartphone memungkinkan penggunanya untuk melakukan segalanya, seperti berselancar di internet, belanja dan bermain game. Semua fitur dalam smartphone ini bersifat tak terbatas sehingga semua orang dapat mengakses fitur tersebut tak terkecuali anak-anak. Kesenangan yang tak terbatas ini menyebabkan penggunaan smartphone bisa sampai tak kenal waktu, baik pengguna dewasa maupun anak-anak. Menurut survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia, lebih dari 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan memainkannya dalam porsi yang cukup lama dalam sehari serta sebanyak 79% responden anak boleh memainkan gadget selain untuk belajar. Melalui survei ini, sebagian besar pengguna anak-anak memainkan gadget/ smartphone dengan waktu yang lama, bahkan mereka menggunakan smartphone untuk belajar. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua anak-anak menggunakan smartphone untuk belajar.
Anak-anak cenderung memiliki perasaan untuk bermain. Ketika anak memasuki usia aktif, mereka akan ingin bermain dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Jika orang tua memberikan smartphone pada anak, anak akan bermain dengan smartphone tersebut untuk bermain game. Dengan bermain game, tubuh anak akan melepaskan hormon dopamin yang menyebabkan rasa senang. Anak-anak akan lebih bahagia jika bermain game. Tidak hanya bermain game, berselancar di media sosial juga akan melepas hormon bahagia ini secara instan. Kemunculan rasa senang yang instan ini akan menimbulkan kecanduan untuk menggunakan smartphone secara terus menerus. Kecanduan ini menyebabkan tumbuh kembang otak anak terhambat dan anak-anak akan lupa waktu. Mereka tidak mau belajar, tidur bahkan makan. Anak-anak yang kecanduan gadget cenderung mengalami masalah dalam konsentrasi, perkembangan bahasa, dan keterampilan motorik. Hal ini kemudian akan muncul masalah lain seperti penurunan nilai akademis, sering menunda tugas, dan kesulitan berpikir.
Dalam sisi fisik, anak-anak cenderung memiliki kebugaran tubuh yang buruk akibat kurangnya aktivitas fisik. Sinar radiasi dari smartphone juga akan mempengaruhi kesehatan mata anak. Anak-anak juga akan memiliki masalah kurang tidur karena waktu tidur mereka berkurang untuk bermain smartphone. Kecanduan ini akan menyebabkan anak-anak akan bingung ketika mereka tidak bersama smartphone. Mereka akan marah ketika smartphone mereka diambil. Dampak lainnya anak juga menjadi konsumtif dan akan merasa tertinggal jika tidak dibelikan sebuah produk yang viral di internet. Contohnya seperti anak SMP di Pemalang pada 23 Januari 2025 yang mengancam ibunya dengan pisau karena tidak dibelikan skincare. Diketahui bahwa anak tersebut telah membeli skincare secara online dan meminta ibunya untuk membayar. Sang ibu tidak memberinya uang sehingga anak tersebut mengamuk. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa anak-anak akan mudah emosi karena sikap konsumtif dalam belanja online. Di sisi sosial, anak-anak yang kecanduan bermain smartphone sering kali menjauhi diri dari kehidupan sosial karena mereka menganggap smartphone lebih menyenangkan. Hal ini tentunya akan menyebabkan masalah kesulitan komunikasi kepada anak.
Orang tua perlu mengambil peran dalam penggunaan smartphone pada anak-anak, mengingat banyaknya dampak negatif dari penggunaan tersebut. Di fase anak-anak sebaiknya difokuskan pada perkembangan otak dan kinestetiknya. Baiknya anak-anak diberi hiburan yang sesuai dengan umur mereka seperti mainan kinestetik bukan dengan smartphone yang malah menyebabkan kecanduan. Selain itu, anak-anak juga perlu diberi pengajaran dan pengalaman baru seperti belajar membaca, menghitung dan membuat karya seni. Dari sini kita bisa melihat kompetensi anak dan minat anak. Jika memang diperlukan smartphone untuk anak-anak, hendaknya orang tua memberi batasan kepada anak mereka seperti membagi waktu antara bermain smartphone. Orang tua juga harus memantau penggunaan smartphone pada anak mereka sehingga smartphone pada anak dapat memberikan dampak positif.